Sukses

Krisis Air, Warga Tangerang Kecewa PDAM Bagikan Air Kotor

Meski keruh dan berbau, puluhan warga tetap antre pembagian air yang dibagikan PDAM.

Liputan6.com, Tangerang - Meski keruh dan berbau, puluhan warga tetap antre pembagian air yang dibagikan PDAM. Sementara di tempat lain, air bersih disalurkan kepada warga menggunakan water canon milik Polri.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Jumat (31/7/2015), puluhan warga Desa Garubug, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten berkerumun di samping mobil tangki PDAM Tirta Kerta Raharja, Kabupaten Tangerang untuk memperoleh air bersih.

Setelah lama mengantre dan berharap mendapat air bersih, warga malah kecewa karena ternyata air yang dibagikan kotor, keruh, dan beraroma tak sedap. Padahal sudah 2 pekan belakangan warga mengandalkan air dari truk PDAM untuk kebutuhan memasak.

Sementara di Jambi, lantaran kekeringan yang sudah 2 bulan, warga Desa Mudo, Kecamatan Bangko, Merangin, Jambi kesulitan air bersih. Kalaupun ada, harus berjalan 2 kilometer ke sumber air.

Namun beruntung, satuan Brimob Kompi B Pelopor yang bermarkas di Merangin menyalurkan air bersih menggunakan kendaraan taktis water canon yang biasanya digunakan untuk menyemprot pengunjuk rasa. Komandan Brimob setempat berkomitmen terus membantu warga hingga kekeringan berakhir.

Di Temanggung, kemarau panjang membuat sumur warga Desa Keniten, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah menjadi kering. Akibatnya warga kesulitan memperoleh air bersih.

Satu-satunya sumur yang masih berisi air kini harus digunakan secara bergantian. Untuk antre, warga sekitar pun harus bersabar menunggu sumur itu kembali digenangi air.

Airnya pun tak terlalu jernih karena masih mengandung pasir. Kawasan desa itu merupakan area perbukitan dan bukit terjal serta kerap kekeringan saat musim kemarau.

Di Tasikmalaya, petani di Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, bergotong-royong mengatasi masalah kekeringan dan tidak bergantung menunggu pemerintah. Para petani bahu-membahu membuat kincir di ruas Sungai Citanduy untuk mengairi sawah.

Dengan cara ini para petani tetap bisa panen padi 3 kali dalam setahun. Tidak ada kesulitan bagi mereka meski kemarau panjang terjadi.

Kincir terbuat dari bambu dan jika dihitung, biayanya jauh lebih murah ketimbang harus menggunakan pompa air untuk memindahkan air dari sungai ke sawah yang letaknya lebih tinggi. Satu kincir angin diameter 6 meter bisa mengairi sawah satu hektare selama 24 jam. (Nda/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.