Sukses

Potret Menembus Batas: Gurat Emas Magmatik Indonesia

Dalam deret logam, karena sifatnya yang tahan korosi dan oksidasi, emas disebut logam mulia.

Liputan6.com, Jakarta - Emas, yang para ahli kimia menyebutnya aurum. Aurum dalam bahasa latin berarti cahaya sang surya.

Dalam deret logam, karena sifatnya yang tahan korosi dan oksidasi, ia disebut logam mulia. Dan logam ini jadi bagian penting dalam berbagai peradaban manusia.

Sejarah mencatat, emas sudah punya peran dalam peradaban manusia sejak 4.000 tahun sebelum Masehi melalui temuan artefak tertua di dunia di dekat Danau Varna, Bulgaria.

Juga berlanjut di masa Mesir kuno 2600 tahun sebelum masehi. Dan arti emas kian penting sejak 500 tahun sebelum Masehi saat diperkenalkan sebagai alat tukar di masa Kerajaan Persia. Sejak saat itu emas semakin dianggap penting dalam tiap babakan kebudayaan.

Sejarah emas di Indonesia tak kalah panjang dengan pusat tambang tertua di Sumatera, tepatnya di busur magma Bukit Barisan.

Pulau yang di masa Kerajaan Sriwijaya disebut Swarnadwipa atau Pulau Emas dalam bahasa Sansekerta ini sudah menjadi salah satu pusat perdagangan emas di Asia Tenggara.

Kini, hampir di setiap provinsi di Indonesia dijumpai tambang emas. Baik skala tradisional hingga tambang modern.

Satu lokasi tambang emas terbesar di dunia berada di bumi Papua yakni Freeport. Pertama berproduksi dilakukan 43 tahun silam. Eksplorasi cadangan tembaga dan emas di tambang Grasberg ini berkapasitas produksi mencapai 238 ribu ton per hari.

Inilah tambang modern dengan sistem kontrol satu titik. Mengawasi areal tambang seluas 10 ribu hektare dengan wilayah pendukung 202 ribu hektare, termasuk Pelabuhan Amamapare di hilir Timika.

Kasepuhan Adat Cisitu

Cibeber. Kecamatan di Lebak, banten ini adalah satu dari seribu pertambangan emas rakyat yang tersebar di Indonesia. Emas jadi primadona sejak korporasi tambang milik negara angkat kaki.

Dari emas ini roda ekonomi warga dijalankan. Berada di wilayah kasepuhan adat Cisitu, ratusan lubang disusuri demi emas.

4 Hingga 6 kelompok yang terdiri dari 20 hingga 30 orang yang menyebut dirinya gurandil, silih berganti mengeksploitasi satu lubang. Mereka bisa melakukan pencarian hingga 24 jam.

Berburu emas di perut bumi jelas tak mudah. Apalagi hanya bermodal alat sederhana.

Berada di dalam wilayah kasepuhan adat, para penambang tak boleh seenaknya berburu urat emas. Hutan menjadi harga mati yang harus dijaga. Adat masih dipegang, petuah tetap dijunjung.

Melacak urat batu bukan perkara mudah. Apalagi didapat secara otodidak atau dari pengalaman semata.

Sistem Pengolahan Emas

Sekitar 70% dari total 7 ribu lebih warga Cisitu berkecimpung dengan emas sebagai penambang atau pengolah emas. Dan di sana terdapat proses pengolahan emas sederhana yang warga setempat menyebutnya dengan sistem glundung.

Sistem menangkap konsentrat emas atau emas kotor ini dijalankan sebagian besar masyarakat Cisitu. Metode ini dipilih karena kemudahan dan kecepatannya menghasilkan emas murni.

Namun glundungan bukan tanpa resiko. Menggunakan merkuri berpotensi merusak jaringan tubuh, mulai dari gangguan pernafasan hingga kanker.

Sejatinya ada sistem pengolahan yang lebih ramah lingkungan di Cisitu. Hanya saja jumlahnya tak banyak.

Salah satunya adalah sistem rendeman menggunakan bahan kimia sianida yang dalam waktu 2 sampai 3 hari larut oleh air. Kekuarangannya, sistem ini membutuhkan waktu lebih lama guna menghasilkan konsentrat emas.

Hal yang sama berlaku pada sistem tong yang juga menggunakan sianida dengan tambahan bahan karbon aktif.

Hasil dari pengolahan glundung, rendeman, dan tong belum masuk kategori logam mulia. Mereka menyebutnya belion atau emas kotor.

Belion kemudian ditaksir pengumpul atau pemetik untuk menentukan harga jual. Dan mereka punya rumus tersendiri sebelum tindakan pemurnian.

Proses berikutnya adalah pemurnian emas. Prosesnya rumit dan menggunakan zat kimia berbahaya, air keras yakni Hydrochloric acid. Hanya segelintir warga saja yang punya perlengkapan pemurnian emas.

Bagaimana perburuan logam mulia ini dilakukan? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Potret Menembus Batas SCTV, Senin (10/8/2015), berikut ini. (Nda/Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini