Sukses

Tari Adat Unik Usai Bangun Rumah di NTT

Tradisi tarian sakral sae diiringi nyanyian dan doa bagi para leluhur desa yang mengiringi prosesi upacara paki kaba.

Liputan6.com, Nusa Tenggara Timur - Tarian adat yang biasa disebut tari sae dilakukan pria dan wanita dewasa warga Kampung Lidi, Kelurahan Galak Leleng, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur secara bergantian.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (9/9/2015), tradisi tarian sakral sae diiringi nyanyian dan doa bagi para leluhur desa yang mengiringi prosesi upacara paki kaba atau pengorbanan kerbau dan babi yang dilakukan warga desa untuk mengucap syukur atas selesainya rumah adat yang baru mereka bangun.

Prosesi kali ini baru bisa digelar setelah seluruh warga sanggup membangun rumah adat yang baru di kampung yang baru dengan lahan pertanian yang baru juga. "Acara potong kerbau ini dilaksanakan apabila kampung lamanya itu ditinggalkan ke kampung baru, dalam hal ini lingko," ucap tokoh budaya lokal Alex Jelihat.

Tarian sae ditarikan pria dan wanita menggunakan sapu tangan dan selendang dengan tanpa alas kaki sebagai penghormatan kepada para leluhur di pelataran depan rumah adat yang baru. Sedangkan tokoh adat menari sambil melambaikan parang. Prosesi tari hingga paki kaba dilakukan selama 5 hari berturut-turut.

Tarian tak hanya dilakukan di pelataran, tetapi juga di dalam rumah adat yang dinamakan tari sanda yaitu tarian melingkar sebagai lambang kebersamaan yang diikuti pria dan wanita di dalam rumah adat.

Tak ada remaja yang mengikuti prosesi tari ini karena tari sakral, baik tari sae maupun tari sanda hingga paki kaba menurut kepercayaan orang Manggarai hanya boleh dilakukan mereka yang berpengalaman. Padahal, prosesi paki kaba terakhir dilakukan 30 tahun lalu.

"Jadi karena ini merupakan acara langka yang dilaksanakan mungkin kalau memang macam ini sekitar 30 tahun lalu orangtua pindah ke kampung ini. Sehingga anak-anak yang umur di bawah 30 itu tidak tahu dulunya," sambung Alex.

Prosesi menuju puncak paki kaba pun tiba. Dimulai dengan penanaman pohon-pohon dadap di atas Tugu Kampung sebagai lambang kehidupan. 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi pun dibawa ke tengah Tugu Kampung dan dengan diiringi tari sae dan doa, kerbau dan babi dipotong sebagai persembahan kepada para leluhur. Daging hewan yang dikorbankan dibagikan kepada seluruh warga desa dan tamu yang datang dalam ritual paki kaba tersebut. (Vra/Ron)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.