Sukses

Barometer Pekan Ini: Kami Butuh Bernapas...

Kabut asap menyungkup Sumatera mulai dari Pekanbaru dan sekitarnya hingga ke provinsi Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - 13 bulan Gibran Oktora menghirup udara di bumi. Belakangan, tak ada udara bersih yang bisa dihirupnya. Hanya asap yang berbahaya. Pneumonia atau radang paru akhirnya menyerang tubuh mungilnya.

Batuk, pilek, demam tinggi, dan sesak napas harus ditanggung putra pasangan Yusra Afdal dan Heryanti ini. Upaya sang ayah melindungi putranya sia-sia. Gibran harus dirawat intensif di rumah sakit.

Lalu, karena sadar akan bahaya asap, sejumlah bayi dan balita dievakuasi ke posko di aula Walikota Pekanbaru, Riau. Begitu berbahayanya kualitas udara Pekanbaru hingga anak-anak harus dievakuasi dalam ruang kedap udara.

Di Jambi, sudah 2 bulan masker tak lepas dari hidung kakak beradik Muhammad Tegar Ananta dan Muhammad Kayolah. Sebulan diliburkan, siswa SD ini bersemangat kembali berangkat sekolah menembus asap. Namun kabut asap lagi-lagi membuat mereka harus libur lagi.

Di Palembang, Sumatera Selatan, sekolah tak diliburkan. Para siswa harus belajar di lingkungan tersungkup kabut asap dan dalam gelap karena pemadaman listrik bergilir oleh PLN.

Kabut asap menyungkup Sumatera mulai dari Pekanbaru dan sekitarnya hingga ke provinsi Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.

Di Kalimantan, kabut asap menyelimuti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia juga terdampak kabut asap.

Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) melonjak di 6 provinsi. Yang tercatat paling banyak di Riau yaitu lebih dari 34 ribu penderita. Lebih dari 31 ribu di Jambi, lebih dari 22 ribu jiwa di Sumatera Selatan, 21 ribu jiwa di Kalimantan Barat, 4 ribu jiwa di Kalimantan Tengah, dan lebih dari 11 ribu jiwa di Kalimantan Selatan.

Sepanjang September 2015, ratusan titik api bertebaran di Sumatera dan Kalimantan. 1 dipadamkan kemudian titik api yang lainnya muncul. Petugas harus berjibaku dalam situasi yang sangat berbahaya, dalam hawa panas, dan nafas yang sesak tetapi api harus dipadamkan. Namun 1 titik api padam, titik lain membara.

Petugas harus berkejaran dengan waktu untuk memadamkan api, tanpa tahu kapan angin datang dan api yang sewaktu-waktu bisa datang kembali. Satwa dan primata kehilangan habitat juga harus lari dari api.

Saksikan selengkapnya kabut asap pekat yang terus mengepung Pulau Suamtera dan Kalimantan dalam tayangan Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (3/10/2015) di bawah ini. (Vra/Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.