Sukses

Kopi Pagi: Pencatut dari Senayan

Kata Papa Minta Saham pun mencuat di media sosial tak kalah dengan Mama Minta Pulsa. Bahkan terus menjadi trending topic.

Liputan6.com, Jakarta - Kisruh transkrip pembicaraan Ketua DPR Setya Novanto dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin belum usai. Berawal dari pelaporan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Kasus ini ibarat bola salju yang menggelinding ke mana-mana. Menteri Sudirman menyerahkan transkrip berisi sepak terjang Setya bersama pengusaha Riza Chalid ke MKD.

Diduga Setya mencatut nama dengan menjanjikan bisa mengatur renegoisasi kontrak karya Freeport dengan imbalan jatah 11 persen saham kepada Presiden Joko Widodo dan 9 persen saham untuk Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Oleh karena itu, Papa Minta Saham pun merebak di media sosial tak kalah dengan Mama Minta Pulsa. Bahkan Papa Minta Saham terus menjadi trending topic.

Disebutkan pula, Setya meminta agar diberi saham suatu proyek listrik yang akan dibangun di Timika, Papua, sekaligus meminta Freeport menjadi investor dan pembeli tenaga listrik yang dihasilkan.

Tidak lama setelah Sudirman bergerak, kata pencatut pun naik daun menjadi perbincangan hangat sebagian besar rakyat Indonesia.

Jika ulah Setya itu benar, perbuatan itu sungguh tak pantas. Masyarakat menilai predikat politisi Golkar itu sebagai wakil rakyat pun jadi sorotan. Wakil rakyat tak ubahnya adalah makelar atau calo.

"Itu tindakan yang kurang baik sebetulnya. Jadi Presiden ga tau apa-apa tapi dibawa-bawa. Tapi kita ga tau mana yang bener, mana yang enggak. Jadi kalau menurut saya tolonglah jangan merusak citra presiden dan jajarannya. Kalau memang ada oknum-oknum tolong ditindak," ucap salah seorang pengemudi ojek, Didin.

"Kalau menurut saya sih udah keterlaluan ya, karena kan itu nama presiden dan itu kan buat kepentingan pribadinya dia gitu. Apalagi dia adalah anggota DPR, Kepala DPR. Jadi tuh seharusnya sebelum bertindak dia pikir dulu apa bahaya-bahayanya atau yang etis dan tidak etis dilakukan oleh seorang Ketua DPR," ungkap seorang mahasiswi, Sally.

Nasib Setya kini memang tergantung pada kinerja MKD. Tetapi melihat penanganan pertemuan Setya dan Fadli Zon dengan bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump publik pun galau. Saat itu Setya dan Fadli hanya diberikan sanksi teguran.

Setya tak sendirian. Ia banyak dibela khususnya dari pasukan Koalisi Merah Putih. 

Sebelumnya, meski mengakui ada pertemuan itu, Setya membantah dirinya mencatut nama Jokowi dan JK. Selaku pelapor, Sudirman lebih senang menunggu hasil kerja MKD.

Gonjang-ganjing perkara Papa Minta Saham ini semoga tak lantas menjadi ajang saling tuding. Sebab masyarakat juga tak terlalu bodoh untuk menilai siapa sesungguhnya yang bekerja untuk rakyat atau untuk perut sendiri.

Saksikan rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (22/11/2015), di bawah ini. (Vra/Ron)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.