Sukses

VIDEO: Banjir dan Longsor Mengancam Jawa Tengah

Maraknya alih fungsi lahan di lereng perbukitan menjadi permukiman warga menyebabkan lereng bukit tidak mampu lagi menahan air saat hujan.

Liputan6.com, Purworejo - Hujan deras yang terjadi karena anomali cuaca menyebabkan kawasan selatan Jawa Tengah dilanda banjir dan longsor. Alih fungsi lahan menjadi penyebab lain terjadinya longsor yang merenggut puluhan korban jiwa.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (23/6/2016), tanah longsor di Desa Donorati, Purworejo, Jawa Tengah, mulai mengeras. Tim evakuasi berpacu dengan waktu, tapi mereka tidak menyerah, terus bekerja keras mencari korban yang masih tertimbun longsor.

Sejak longsor Sabtu lalu, setiap hari ditemukan korban tewas. Hingga Rabu kemarin, korban tewas di Purworejo, mencapai 42 orang. Sementara di seluruh Jawa Tengah korban tewas lebih dari 50 orang.

Salah satunya Muji Santoso yang tewas bersama korban lainnya saat membersihkan material longsor yang menutupi jalan. Saat itu ia tengah menuju sekolah untuk menjemput anaknya yang tengah berbuka puasa bersama. Nahas tiba-tiba longsor susulan terjadi menimbun para korban dan sejumlah kendaraan.

Keajaiban juga terjadi dalam bencana ini. Risa Oktavi Nugraini, ditemukan selamat setelah 12 jam tertimbun longsor dan reruntuhan rumahnya. Saat kejadian, Risa tengah berbincang-bincang dengan ibunya sambil menggendong putri kecilnya.

Tiba-tiba dari arah belakang rumah terdengar suara gemuruh dari atas bukit. Ketiganya terpelanting terhempas longsor.

Ruang kecil di antara reruntuhan rumah dan tanah longsor telah menyelamatkan nyawanya. Tapi putri kecilnya tak mampu bertahan. Demikian pula sang ibu.

Banjir dan longsor terjadi di 16 kabupaten dan kota di selatan Jawa Tengah. Longsor terjadi di Kebumen, Banjarnegara dan terparah di Purworejo.

Hujan menyebabkan Sungai Bengawan Solo meluap dan merendam ribuan rumah sepanjang Sabtu hingga Senin lalu. Kota Solo, tak luput dari banjir dengan ketinggian hingga satu setengah meter. Ribuan orang terpaksa mengungsi. 

Selain faktor alam, bencana ini terjadi akibat ulah manusia. Maraknya alih fungsi lahan di lereng perbukitan menjadi permukiman warga menyebabkan lereng bukit tidak mampu lagi menahan air saat hujan turun. 

Menurut Ahli Geologi UGM Dwikorita Karnawati, kawasan yang dilanda bencana memang rawan longsor karena tersusun dari batuan yang rapuh di lereng yang curam.

Alih fungsi lahan membuat tanah yang rapuh memicu longsor. Daerah yang dilanda longsor memang tidak layak untuk dihuni dan warganya harus direlokasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.