Sukses

Kopi Pagi: Teror Vaksin Palsu, Siapa Bertanggung Jawab?

Tersangka vaksin palsu terdiri dari produsen, penjual, pengumpul vaksin bekas hingga dokter, bidan dan mantan kepala rumah sakit.

Liputan6.com, Jakarta - Marah dan kecewa. Itulah ekspresi ratusan warga yang menggerebek Rumah Sakit Harapan Bunda di Ciracas, Jakarta Timur. Bukan tanpa alasan, emosi mereka meluap setelah mengetahui rumah sakit ini menggunakan vaksin palsu. Rasa khawatir terhadap nasib buah hati mereka langsung menghantui.

Kedatangan para orangtua ini hanya tak lama berselang, setelah Kementerian Kesehatan mengungkapkan nama-nama rumah sakit penerima vaksin palsu.

Selain Harapan Bunda, total ada 14 rumah sakit swasta yang menggunakan vaksin berharga miring tersebut. Sebagian besar berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.

Tidak hanya rumah sakit, ada delapan nama klinik dan bidan yang juga menerima vaksin palsu termasuk yang berlokasi di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Hasil investigasi satgas vaksin, besar kemungkinan jumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan penerima vaksin palsu akan bertambah.

Apalagi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan( BPOM) juga menemukan fasilitas kesehatan di sembilan provinsi yang diduga juga menerima vaksin palsu.

Presiden Joko Widodo meminta pihak-pihak yang berwenang untuk hati-hati menangani kasus peredaran vaksin palsu ini.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Selama 13 tahun sudah diduga jaringan vaksin palsu tanpa terendus menjalankan aktivitas mereka.

Padahal, vaksin sedianya dianjurkan pemerintah untuk meningkatkan suatu sistem kekebalan tubuh terutama dari berbagai jenis penyakit. Tapi dengan beredarnya vaksin palsu, entah berapa banyak anak-anak yang sudah menjadi korban.

Sedikitnya 23 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Tidak tanggung-tanggung, mereka terdiri dari produsen, penjual, pengumpul vaksin bekas hingga dokter, bidan dan mantan kepala rumah sakit.

Modus operandi jaringan pengedar vaksin palsu dengan mengajukan penawaran melalui CV Azka Medika ke bagian pengadaan hingga direktur rumah sakit.

Diantara para tersangka adalah pasangan suami istri yang hidup mewah di Bekasi, Jawa Barat. Dalam sebulan, omset dari bisnis haram ini mencapai ratusan juta rupiah. Sebuah angka yang menggiurkan.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi dengan pengawasan kesehatan di negeri ini? siapa yang seharusnya bertanggung jawab?

Saksikan selengkapnya dalam rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (17/7/2016), berikut ini.



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.