Sukses

Barometer Pekan Ini: Jalan Berliku ke Kursi Gubernur

Pada 2017 nanti 101 daerah menggelar pemilihan kepala daerah serentak. Terdiri dari 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota.

Liputan6.com, Jakarta - Apalah artinya hujan, apalagi di hari yang sangat penting itu. Maka pada Rabu 21 September 2016 lalu, di bawah guyuran hujan deras, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat tetap mendatangi Kantor Komisi Pemilihan Umum Jakarta di Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (24/9/2016), sosok terkenal yang terlihat saat itu bukan hanya Ahok dan Djarot. Tapi juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, beberapa petinggi Partai Golkar, Nasdem dan Hanura.

Hari itu Megawati dan petinggi tiga partai lain mengantarkan Ahok dan Djarot ke KPUD untuk mendaftar sebagai kontestan pemilihan gubernur Jakarta, Februari 2017 nanti. Sejak momen ini, Ahok-Djarot resmi menjadi pasangan bakal calon gubernur DKI Jakarta yang diusung PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura.

Ada peristiwa menarik usai pendaftaran. Ahok sempat menolak ketika seorang pejabat PDIP memintanya memakai jas merah, warna khas PDIP. Ahok malah meletakkan jas itu di sandaran kursi Megawati. Namun ketika Megawati sendiri yang memakaikan jas itu Ahok tak menolak.

Menyadari kerasnya pertarungan di pilkada nanti Ahok mendesak agar kontestan dan pemilih hanya menilai program, bukan personal. Hal ini karena sebagian masyarakat menentang pencalonan Ahok dengan beragam alasan. Misalnya, calon petahana itu dituding tidak memihak rakyat kecil.

Sementara itu, sebelum PDIP akhirnya bersekutu dengan Golkar, Nasdem dan Hanura untuk mengusung pasangan Ahok-Djarot, muncul berbagai spekulasi tentang pilihan partai itu dalam Pilkada DKI Jakarta.

Sebagai partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI, sikap PDIP memang sangat ditunggu. Sempat kencang terdengar PDIP akan mengajukan calon gubernur lain. Apalagi PDIP sempat berkoalisi dengan enam parpol lain yang sepakat mengusung calon untuk melawan Ahok.

Sebelumnya, beredar pula video sekelompok kader PDIP yang menyanyikan lagu berlirik kejatuhan Ahok. Tapi, begitulah politik. Dalam dunia seni memperebutkan kekuasaan ini apapun bisa terjadi. Apa pun bisa berubah. Tak terkecuali Ahok.

Sempat bertekad maju lewat jalur independen atau perseorangan, 27 Juli lalu Ahok akhirnya memilih maju lewat jalur partai. Padahal saat itu TemanAhok, kelompok relawan pendukung pencalonan Ahok lewat jalur independen, sudah berhasil mengumpulkan fotokopi KTP warga Jakarta dalam jumlah cukup sesuai persyaratan KPUD.

Sementara di seberang kubu koalisi partai pengusung Ahok ada Koalisi Kekeluargaan yang menghimpun enam partai. Keenam partai tersebut yaitu Gerindra, PKS, PPP, Demokrat, PKB dan PAN. Hingga Kamis 22 September malam, para petinggi enam partai itu terus berunding untuk menentukan pasangan penantang Ahok.

Perundingan digelar di dua tempat. Petinggi PPP, PKB, PAN dan Demokrat berunding di rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Gunung Putri, Bogor. Sedangkan Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto berunding di rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta.

Seperti di Cikeas, pertemuan di Kertanegara juga berlangsung hingga malam hari. Nama-nama pun disebut.

Ada Sandiaga Uno yang dipasangkan dengan Anies Baswedan atau Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Dari sejumlah nama yang sempat disebut-sebut akan berlaga di Pilkada DKI, beberapa di antaranya menghilang.

Sebaliknya, muncul nama yang sebelumnya tak pernah disebut, yaitu putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyonop dan mantan Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni.

Kamis yang melelahkan diakhiri dengan pengumuman penting itu. Koalisi Kekeluargaan Poros Cikeas mengusung Agus Harimurti Yudhoyono berpasangan dengan Sylviana Murni. Sedangkan di kediaman Prabowo, Gerindra dan PKS menyatakan mengusung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Pada 2017 nanti 101 daerah menggelar pemilihan kepala daerah serentak. Terdiri dari 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota. Namun aroma persaingan di daerah tak sekuat di Jakarta.

Setelah melalui berbagai tahapan, pilkada serentak akan digelar pada 15 Februari mendatang. Saat itulah masyarakat akan memilih secara langsung pemimpin mereka, yaitu orang yang di pundaknyalah mereka menaruh asa akan kehidupan yang lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.