Sukses

Barometer Pekan Ini: Tawaran Nikmat Padepokan Sesat

Cinta akan uang membuat sang dukun pengganda uang itu dipuja-puja bak nabi.

Liputan6.com, Surabaya - Fenomena padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dengan ribuan pengikutnya seolah membuat masyarakat memandang cermin. Fokus kepada hasil semata, bukan kepada proses dan kerja keras. Cinta akan uang membuat sang dukun pengganda uang itu dipuja-puja bak nabi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (8/10/2016), saking mendunianya fenomena pengganda uang beristri empat itu, 11 wakil rakyat pun mendalami langsung dan berdialog. Taat Pribadi juga punya jawaban soal kemampuannya menggandakan uang kertas.

Entah bagaimana cara pria 46 tahun itu memikat ribuan orang dengan mulut manisnya hingga merelakan diri jadi pengikut. Sebab secara akal sehat semua sangat mustahil terjadi.

Dua kasus pidana juga dituduhkan pada Taat Pribadi yang katanya punya gelar Dimas Kanjeng. Satu tuduhan pembunuhan atas dua pengikutnya, sedangkan lainnya adalah laporan atas penipuan. Salah satunya dengan korban Najmiah asal Makassar, Sulawesi Selatan.

Barang bukti pun digelar. Uang kertas palsu, 260 batang emas palsu, berbagai benda pusaka seperti keris dan juga jubah hitam milik sang Dimas Kanjeng yang ternyata bagian kantungnya sangat besar. Saking besarnya, kantung tersebut bahkan cukup untuk menyimpan ratusan lembar uang. Di situlah asal muasal cerita penggandaan uang.

Jubah Taat Pribadi punya dua kantung berukuran jumbo yang muat pecahan Rp 100 ribu berjumlah Rp 200 juta. Ada juga kantung emas yang dijanjikan tak pernah habis. Ternyata, hanya besi sepuhan.

Taat Pribadi menciptakan dapur ATM yang jika ditempel uang Rp 10 ribu menghasilkan Rp 5 juta per hari. Ini juga bohong. Lalu pena laduni yang penggunanya bisa kuasai tujuh bahasa asing. Ternyata pena biasa. Terakhir, emas muda yang perlahan bisa jadi emas asli. Namun ternyata tak kunjung berubah.

Atas hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan, semua perkara yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan pengikutnya adalah sesat.

Sementara itu, fenomena padepokan sesat yang menjanjikan nikmat sesaat ternyata bukan hanya milik Dimas Kanjeng. Di Depok, Jawa Barat, muncul kasus Padepokan Satria Aji yang menawarkan penggandaan emas lewat media sosial.

Ada juga Padepokan Gatot Brajamusti yang dikelola mantan Ketua Parfi Gatot Brajamusti. Namun, Gatot malah mempraktikkan ritual seks menyimpang dengan menggunakan narkotika jenis sabu yang kerap disebut aspat atau makanan untuk jin. Satu hal yang sama dari fenomena padepokan sesat yang marak belakangan, budaya instan.

Bukan tak mungkin fenomena padepokan sesat seperti ini masih ada di sekeliling kita. Agar tak terjebak, kuncinya adalah berpegang teguh pada norma agama sesuai ajaran kitab suci. Jangan lengah dan jangan mudah percaya terhadap tawaran nikmat padepokan sesat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.