Sukses

Barometer Pekan InI: Kabar Duka dari Laut

Terbakarnya KM Zahro Expres yang merenggut puluhan korban jiwa menunjukkan masih banyak hal dalam dunia transportasi kita harus dibenahi.

Liputan6.com, Jakarta - Duka itu sungguh tak terperi. Tangis nan menyayat pun menggema saat jenazah Eha Julaeha dan menantunya Iwan Kurniawan dibawa dari rumah duka di Gang Repelita, Kampung Mekarsari, Lembang, Bandung Barat, untuk dimakamkan di TPU Boscha.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (7/1/2017), Eha Julaeha dan Iwan Kurniawan adalah korban terbakarnya KM Zahro Expres di Teluk Jakarta di hari pertama tahun 2017.

Meski berusaha ikhlas, suami Eha, Dadin Suganda tak bisa menutupi kesedihan dan kekecewaannya. Betapa tidak. dia kehilangan lima anggota keluarga sekaligus akibat terbakarnya KM Zahro. Seorang di antaranya belum teridentifikasi.

Ironinya, jangankan tanggung jawab, tak ada kata maaf terucap dari pengelola atau pemilik KM Zahro. Tragedi ini pun mengubah kegembiraan menyambut tahun baru menjadi petaka.

Tragedi KM Zahro menebar duka tak hanya di Bandung. Di Depok, Jawa Barat, air mata dan tangis mengiringi perjalanan Mat Nurdin dan putrinya Nazwa Sarla (11) ke peristirahatan terakhir mereka di TPU Bambon, Beji. Jenazah keduanya dimakamkan dalam satu liang lahat.

Dua hari kemudian, jenazah putri Mat Nurdin lainnya, Nadia Syifa (16) pun teridentifikasi belakangan. Ia lalu dikebumikan di samping makam ayah dan adiknya.

Nurdin, istrinya Hapsari dan tiga anak mereka juga penumpang KM Zahro menuju Pulau Tidung untuk berlibur akhir tahun. Terbakarnya kapal itu, selain menewaskan Nurdin, Nazwa dan Syifa, juga membuat Hapsari terluka parah. Ia kini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sedangkan anak bungsu mereka Rifa Rizkiawan selamat.

Ada juga duka di Cibinong, Kabupaten Bogor, atas kematian Eli Eliyah. Juga di Cipaku, Kota Bogor, saat keluarga menggelar misa kematian sebelum memakamkan jenazah George Bernard Christopher.

George Bernard dan 57 karyawan sebuah club hiburan malam di Bogor menumpang KM Zahro Expres menuju Pulau Tidung. Mereka hendak merayakan ulang tahun club tempat mereka bekerja sekaligus datangnya tahun baru.

Nestapa yang merundung keluarga Dadin Suganda di Bandung, keluarga Mat Nurdin di Depok dan puluhan keluarga lain datang dari Teluk Jakarta.

Minggu, 1 Januari 2017 pagi, KM Zahro Expres yang baru sekitar 15 menit bertolak dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, terbakar di tengah laut. Saat itu, KM Zahro dalam perjalanan menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, membawa lebih dari 184 penumpang yang hendak berpesiar. Dalam sekejap, api menganguskan kapal itu. Sebanyak 23 penumpang tewas, 17 hilang dan belasan lainnya luka-luka.

Jenazah para korban dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk diidentifikasi. Ini perlu dilakukan karena nyaris mustahil mengenali jasad-jasad yang terbakar itu tanpa pemeriksaan oleh para ahli.

Hingga hari kelima setelah KM Zahro terbakar, pencarian korban terus dilakukan. Sebab masih ada belasan orang yang hilang. Sejumlah penyelam dikerahkan. Namun ini tak mudah karena arus bawah laut begitu kuat sehingga posisi korban sangat mungkin bergeser dari lokasi kecelakaan.

Masalah lain adalah simpang siurnya jumlah penumpang yang terdaftar dalam manifes. Soal jumlah penumpang KM Zahro yang simpang siur memunculkan dugaan adanya pelanggaran dalam pelayaran kapal itu.

Setelah diperiksa, belakangan nakhoda KM Zahro Expres Mohammad Nali ditetapkan polisi sebagai tersangka. Ia dianggap lalai dalam menjalankan kapal, misalnya tetap memberangkatkan kapal meski tahu jumlah penumpang tidak sesuai manifes. Sedangkan syahbandar Pelabuhan Muara Angke Deddy Junaedi dicopot dari jabatannya.

Tragedi KM Zahro Expres juga mengungkap ketidakberesan lain. Misalnya, jumlah jaket keselamatan atau pelampung yang tidak sesuai jumlah penumpang. Sejumlah saksi menuturkan, saat kejadian tidak semua penumpang kebagian pelampung.

Penyebab terbakarnya KM Zahro Expres belum jelas benar. Ada yang menyebut api berasal ledakan di ruang mesin. Tapi, tentu saja itu perlu pembuktian.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kini sedang bekerja menyelidiki tragedi KM Zahro Expres. Proses investigasi diperkirakan berlangsung selama dua hingga tiga bulan.

Simak tayangan video selengkapnya dalam tautan ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.