Sukses

Pantang Menyerah: Pasutri Tunanetra Berkarya di Tengah Kegelapan

Mursiyah dan Khodiran, pasangan pasutri tunanetra yang menggantungkan hidupnya dengan membuat anyaman dari bambu.

Liputan6.com, Semarang - Pasangan suami istri tunanetra ini layak menjadi inspirasi. Di tengah keterbatasan fisik, keduanya bisa hidup mandiri.

Mursiyah dan Khodiran merupakan warga Karang, Desa Tegaron, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang tidak bisa lagi melihat sejak usia kanak-kanak akibat penyakit yang dideritanya.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (17/3/2017), meski sudah berusia lanjut, pasangan tunanetra ini tetap ulet dan telaten membuat anyaman dari bambu untuk dijadikan berbagai alat kebutuhan rumah tangga.

Dari pernikahannya, Mursiyah dan Khodiran dikaruniai dua orang anak yang sudah mandiri. Namun keduanya tak mau menggantungkan hidup dari sang anak. Kehidupan harus terus berjalan dengan kemandirian.

"Saat saat gitu kan minta-minta gitu, saya malu. Ya apa adanyalah, daripada saya minta-minta," kata Mursiyah.

"Bikin tenggok ini aja sudah cukup," tambah Khodiran.

Usaha kerajinan anyaman bambu ini sudah digeluti Mursiyah selama lebih dari 30 tahun. Keterampilan ini dipelajari dari kedua orangtuanya. Melalui rabaan tangan dan perasaan, keduanya berbagi tugas menyelesaikan pekerjaan.

Kerajinan anyaman bambu yang dibuat pasangan tunanetra Mursiyah dan Khodiran di jual ke pasar-pasar di sekitar Kabupaten Semarang. Namun tak jarang ada pembeli yang langsung datang ke rumah. 

Saksikan video kisah pantang menyerah pasutri tunanetra pembuat anyaman bambu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.