Sukses

Potret Menembus Batas: Mencari Jati Diri Kampung Korea

Kampung Korea Cia-Cia adalah nama yang kian tersohor. Cia-Cia adalah satu dari 72 sub suku yang mendiami sudut selatan Pulau Buton.

Liputan6.com, Buton - Kampung Korea Cia-Cia adalah nama yang kian tersohor. Cia-Cia adalah satu dari 72 kadie atau sub suku yang mendiami sudut selatan Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

Tahun 2009 bahasa Cia-Cia menarik perhatian dunia karena Pemerintah Kota Bau Bau memutuskan agar tulisan hangul dari Korea digunakan untuk menulis bahasa Cia-Cia.

Aksara korea dianggap paling pas untuk menuliskan bahasa Cia-Cia. Bahasa Cia-Cia atau bahasa Buton selatan sejatinya adalah sejenis bahasa Austronesia yang ditutur di sekitar Kota Bau bau Pulau Buton bagian selatan, Pulau Binongko dan Pulau Batu Alas.

Suku Cia-Cia berkembang dengan tutur yang kuat. Sebuah peradaban tanpa aksara. Bahasa Cia- Cia dengan huruf Korea kini masuk dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal.

Huruf ini dipelajari dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Anak-anak diajar sistem tulisan dengan panduan buku teks yang dihasilkan oleh persatuan Hunminjeongeum.

Sebuah institut yang bertekad menyebarkan penggunaan abjad Korea kepada kaum- kaum minoritas yang tidak ada sistem tulisan sendiri ke seluruh dunia.

Sebagai bagian dari kebudayaan Buton cia-cia sebetulnya berpayung pada bahasa Wolio. Bahasa pemersatu masyarakat Kesultanan Buton. Penulisannya menggunakan aksara Arab yang tidak menggunakan tanda alias Arab gundul.

Namun karena banyak penulisan yang tidak tepat membuat bahasa asli Buton nyaris punah. Jika bahasa Cia-Cia ditulis menggunakan aksara Wolio akan berbeda makna setelah diucapkan. Hanya dengan aksara Hangeul Korea semua bunyi bisa ditulis.

Tak mudah melacak jejak kemiripan bahasa suku Cia-Cia dan orang Korea. Satu riwayat menyebut Cia-Cia adalah bahasa bentukan saat dua komunitas bertemu.

Bangsa Korea dan Suku Suai adalah 700 tahun silam saat Dinasti Goryeo dikalahkan Dinasti Yuan dari Mongol dan dipukul mundur saat menyerang Jawa.

Alfabet Hangeul adalah buah karya Raja Sejong yaitu raja keempat pada Dinasti Joseon pada 1443 M ketika Korea masih berbentuk monarki.

Dari 6.000 bahasa di dunia hanya 100 yang punya aksara sendiri salah satunya adalah Hangeul yang dianggap praktis dan mudah dipelajari.

Kini aksara ciptaan Sejong mewarnai sudut-sudut jalan dan dipelajari anak-anak sekolah di Pasarwajo, Kabupaten Buton

Saksikan video Mencari Jati Diri Kampung Korea Cia-Cia Buton dengan segala keunikannya yang ditayangkan Potret Menembus Batas, Minggu (17/4/2017).

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.