Sukses

Destinasi: Kilau Mutiara Raja Ampat

Sahabat Destinasi yang tak bisa menyelam dapat menikmati wisata panen mutiara di Pulau Batanta, Raja Ampat.

Liputan6.com, Papua - Akhir pekan ini saatnya cari destinasi baru. Masih di seputar Raja Ampat, Papua.

Raja Ampat memang surga para penyelam. Tapi buat sahabat Destinasi yang tak bisa menyelam, jangan sedih. Karena tim Destinasi bakal dibeberkan wisata yang bisa dilakukan di Raja Ampat selain menyelam yaitu wisata panen mutiara di Pulau Batanta, Raja Ampat.

Seperti ditayangkan Destinasi dalam Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (21/11/2015), untuk menuju ke Pulau Batanta, ditempuh melalui pesawat udara dari Jakarta ke Sorong. Setelah itu, 2 kali perjalanan kapal dari Waisai dan sampailah di Pulau Batanta.

Rinciannya adalah, tiket pesawat rute Jakarta-Sorong untuk pulang pergi diperkirakan Rp 4 hingga 5 juta. Waktu perjalanan menuju Sorong dengan pesawat kira-kira 4 jam.

Dari Sorong, kita menggunakan kapal cepat rute Sorong-Waisai dengan tiket Rp 130 ribu, dengan waktu tempuh 3 jam. Dan selanjutnya dari Waisai menuju Pulau Batanta menghabiskan waktu 3 jam dengan kapal.

Wisata panen mutiara ini bagian dari paket wisata, yang dimiliki salah satu hostel untuk para backpacker di Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat. Jadi, dari Waisai inilah kita menuju pulau sunyi Batanta.

Wisata panen mutiara di Pulau Batanta, Raja Ampat, memang belum banyak diketahui orang. Di tempat ini dulu sangat tertutup bahkan sangat rahasia.

Namun sekarang, wisatawan bisa datang dan melihat langsung proses budidaya mutiara.

Uniknya di sini, karena lokasinya berdekatan dengan hutan, burung-burung mudah ditemukan di areal budidaya mutiara. Seperti salah satunya burung kakatua.

Di lokasi panen mutiara, banyak kerang berisi yang telah siap dipanen. Dalam prosesnya, dibutuhkan waktu hingga 4 tahun, mulai dari pembenihan, hingga mutiara siap dipanen. Dalam satu kerang pun hanya terdapat 1 butir mutiara.

Budidaya Mutiara

Untuk mendapatkan mutiara berkualitas memang dibutuhkan proses panjang.

Mulai dari pembiakan menggunakan kerang alam liar dari nelayan. Kemudian pembesaran spat, dimana kerang dibesarkan di perairan laut yang bersih, cukup plankton, tidak tercemar, dan tidak bergelombang besar

Kemudian pada operasi atau inserting, diperlukan bibit atau inti mutiara impor yang berkualitas baik. Setelah itu, pemeliharaan setelah operasi yakni kerang dipelihara di laut, agar menghasilkan mutiara yang lebih besar dan bercahaya.

Memang cukup rumit dan pasca-panen pun masih ada proses lagi, yaitu proses seleksi atau grading terhadap mutiara, dari sisi warna, tekstur, ukuran, dan tingkat kemulusan.

Karena prosesnya yang lama inilah, membuat mutiara laut selatan ini diacungi jempol hingga ke mancanegara. Sementara di Indonesia, mutiara masih dipandang sebelah mata.

Mutiara haruslah menjadi ikon nasional produk Indonesia seperti batik.

Di sini, selain panen mutiara, kita bisa meluangkan waktu untuk memancing, bakar ikan, dan santai menikmati indahnya Pulau Batanta. (Nda/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.