Sukses

Destinasi: Berburu Ikan dan Madu Aceh Selatan

Matahari terbit di Aceh Selatan membuka petualangan tim Destinasi di kawasan Aceh Selatan.

Liputan6.com, Aceh - Matahari terbit di Aceh Selatan membuka petualangan tim Destinasi di kawasan Aceh Selatan yang diakui sebagai pesisir terbaik di Serambi Mekkah. Mari kita kelilingi Aceh Selatan dan keunikannya.

Seperti ditayangkan Destinasi dalam Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (31/1/2016), dengan menempuh perjalanan selama 2 jam dari Tapak Tuan, kita akan tiba di Kecamatan Meukek. Di sana ada salah satu aktivitas yang menarik, yaitu berburu ikan jangko di Sungai Kreung Meukek.

Setelah sampai di Kecamatan Meukek, nantinya harus melintasi derasnya aliran air Sungai Kreung Meukek, tempat dimana ikan jangko berada.

Saat air sungai surut, akan memudahkan untuk terjun langsung menangkap ikan jangko. Uniknya, untuk menangkap ikan yang satu ini tidak butuh alat pancing khusus. Cukup bermodalkan tangan kosong.

Namun, ,menangkapnya tidak semudah yang dibayangka. Harus cukup jeli untuk melihat ikan berukuran kecil itu di hamparan pasir. Ditambah lagi dengan tubuhnya yang licin, membuat harus menggenggamnya lebih kuat.

Untuk menangkap ikan yang lebih banyak, warga juga kerap menggunakan perangkap tradisional. Hasilnya tidak hanya ikan jangko yang didapat. Ada udang, ikan panjang, ikan kerling, dan belut yang ikut masuk perangkap.

Nah, ikan jangko yang sudah ditangkap, dapat diolah menjadi salah satu menu khas Aceh Selatan. Lebih dari 5 macam bahan dan bumbu rempah akan dicampur menjadi satu. Hmmmm.

Daging ikan yang empuk berpadu dengan gurih dan kentalnya kuah gulai, sangat lezat.

Dari berburu ikan jangko, perjalanan dilanjutkan dengan mencari madu.

Butuh 4 jam perjalanan darat untuk tiba di Desa Buloh Soema. kondisi jalan yang berlumpur dan tertutup tanah tebal hanya bisa ditaklukkan dengan mobil 4 wheel drive.

Dari Desa Kuta Padang nanti, perjalanan akan dilanjutkan menggunakan perahu selama 2 jam.

Untuk mengisi bahan bakar, kapal akan singgah di Desa Raket. Di sana juga sekaligus menjemput para pawang lebah yang sudah siap dengan alat- alat berburu madu.

Dari sungai, kapal akan membawa kita menuju ke laut lepas, melaju di sepanjang pesisir.

Usai perjalanan panjang, akhirnya menginjakkan kaki di Buloh Soema. Tapi untuk bisa melihat sarang lebah, pohon terdekat jaraknya masih sekitar 1 km.

Siapa pun akan tercengang menyaksikan ratusan sarang lebah yang tergantung di dahan pohon. Lebah-lebah penghasil madu alam itu hidup liar dan bukan hasil budidaya.

Tinggi pohon berkisar antara 100 hingga 200 meter. Untuk memanennya juga dibutuhkan trik khusus.

Madu buloh soema dijual dengan harga Rp 400 ribu per bambunya atau sekitar 2 liter. Dalam setiap panennya, bisa menghasilkan 300 kg lilin.

Madu di Aceh Selatan pun menjadi penghasil madu alam terbesar senusantara.

Petualangan yang sangat menarik bukan?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.